Kode Metoh Dalam Kancah Tajen di Bali

By | August 13, 2018

Kode Metoh Dalam Ajang Tajen di Bali adalah sebuah Kode maupun bahasa yang tak lazim yang biasanya cuma digunakan dan dimengerti oleh bebotoh di Kancah Laga Tajen atau Sabung Ayam Pisau di Bali.

Kode metoh sendiri tidak lah terlepas dari adat istiadat-kebiasaan yang muncul dan dikerjakan oleh para bebotoh. Konon, keberadaan bebotoh amat memastikan ramai-tidaknya tajen. Malahan tajen dan bebotoh ibarat dua sejoli yang tak terpisahkan.

Alangkah tidak, karena arena tajen kerap kali diramaikan teriakan-teriakan istilah yang tak biasa, antara lain gasal, cok, pada, telude, apit, dan kedapang. Gasal yakni metode taruhan dengan perbandingan lima banding empat. Cok, cara taruhan tiga lawan empat, pada (sama) yakni taruhan satu lawan satu. Telude, dua banding tiga, apit menerapkan satu banding dua, meskipun kedapang sembilan banding sepuluh.

Umumnya sebelum pertarungan dimulai, dua pakembar, “petugas” yang melepas ayam sebelum beradu, khususnya dahulu memberi tahu setiap ayam dengan metode meletakkannya dalam sebuah segi empat di tengah wantilan. Dikala itu, akan menonjol mana ayam yang sesuai difavoritkan dan mana yang tidak. Misalnya seorang pakembar membawa ayam jambul, walaupun yang lain membawa ayam kelau. Bila ada bebotoh yang mengunggulkan ayam jambul, ia berteriak menyambut. Seandainya hingga pakembar selesai dengan acara perkenalan itu tidak ada bebotoh yang menjagokan ayam kelau, otomatis ayam jambul menjadi favorit. Berikutnya, para bebotoh riuh menawarkan taruhan.

Bebotoh yang ingin mendapatkan “musuh” umumnya meneriakkan cara taruhan yang dipilih dari tempatnya, tanpa perlu berkeliling ajang. Maka, yang menimpali teriakannya akan menjadi lawan taruhan. Bebotoh malahan bisa menerapkan jari tangan sebagai isyarat sistem taruhan yang ia inginkan. Karenanya lawan yang berminat malahan membalas dengan isyarat serupa.

Read More:  Top 10 Home Remedies to Reduce Belly Fat

Setelah seekor ayam diungkapkan sebagai “petarung favorit”, seseorang yang meneriakkan “cok” berarti mengontrol ayam yang menjadi lawan si unggulan. Syaratnya, apabila menang ia akan menerima uang sebesar taruhan, meskipun kalau keok dia hanya membayar tiga perempat dari jumlah taruhan yang disepakati.

Dalam tajen malahan ada wasit, yang disebut aku. Di setiap tajen bali ada empat saya yang bertugas yaitu saya kemong, ketek, garis, dan lap. Saya kemong biasanya selalu dipandu gong kecil yang disebut kemong, paling tinggi jabatannya. Dia menetapkan kapan mengawali dan mengakhiri pertarungan.

Apabila salah seekor ayam aduan sudah tergolek, bebotoh yang keok akan menghampiri lawan untuk menyerahkan uang taruhan.

Dalam perlombaan atau acara tajen, semua peraturan-hukum dalam tajen umum dipatuhi dan dilaksanakan tanpa ada kecurangan, sebab tajen amat kerat dengan adat bali, karenanya jika terdapat kecurangan, maka si pelaku bisa di keroyok, bahkan sanak saudaranya malah terkena imbasnya.. oleh sebab itu segala berkalu dengan tertib, yang kalah sepatutnya bayar kepada yang menang dan sebaliknya.
https://www.plurk.com/mathiasen51balling
https://getpocket.com/redirect?url=http%3A%2F%2Fjudiayam.online%2Fsabung-ayam%2F
Weight Loss – Article Submission